Liputan6.com, Jakarta – Golden Agri-Resources Ltd (GAR) telah menerapkan pendekatan inovatif dalam konservasi hutan selama 2016. Konservasi hutan ini sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan dalam menjaga lingkungan di wilayah konsesinya.

Chairman and CEO GAR, Franky Oesman Widjaja menuturkan, GAR telah menjalin kesepakatan dengan 10 desa di Kalimantan untuk melindungi 7.000 hektare hutan ber-Stok Karbonasi Tinggi (SKT) selama 2016.

“Setelah berhasil mengidentifikasi luas area konservasi di area konsesi kami yang setara dengan luas Singapura, kini kami bekerja sama dengan masyarakat dan pemerintah setempat untuk membuat konservasi hutan dapat terlaksana dengan tetap mempertimbangkan kebutuhan dan aspirasi masyarakat,” kata Franky di Jakarta, Selasa (18/7/2017).

Kunci keberhasilan dari pendekatan konservasi ini adalah tersedianya mata pencaharian alternatif yang memungkinkan masyarakat tetap memperoleh pendapatan tanpa mengganggu ekosistem yang rawan kebakaran seperti lahan gambut.

GAR saat ini tengah menerapkan proyek pertanian ekologis terpadu bersama masyarakat setempat dengan menggunakan lahan tidur milik masyarakat.

Franky menuturkan, proyek seperti ini memungkinkan masyarakat untuk meningkatkan pendapatannya, membangun swasembada pangan, membuat masyarakat belajar metode bertani tanpa menggunakan bahan kimia dan lebih penting lagi, tidak membuka lahan dengan cara membakar lahan.

Tidak hanya itu, Managing Director, Sustainability and Strategic Stakekholders Engagement GAR, Agus Purnomo menegaskan, selama dua tahun terakhir GAR juga telah menjaga lahan konsesinya dalam musibah kebakaran.

“Pada 2015 lahan lahan kita yang terbakar sedikit sekali, 99,5 persen tidak terbakar. Sementara di 2016, 99,9 persen yang tidak terbakar,” tambah dia.

Ia mengatakan, dengan berbagai upaya yang dilakukan perusahaan selama 2016 dan program-program ke depan akan membantu meningkatkan industri kelapa sawit dengan tetap menjaga lingkungan sekitar. (Yas)

Sebagai Fakultas yang berwawasan internasional, FKH UGM selalu mengedepankan kerjasama yang saling menguntungkan dan bermanfaat bagi bangsa dan negara. Salah satu yang secara rutin dilakukan adalah menjadi tuan rumah penyelenggaraan workshop OVAG. Tahun 2017 merupakan penyelenggaraan workshop OVAG yang ke 4 di FKH UGM.

Budaya Yogyakarta dan keramahtamahan masyarakatnya menjadi daya tarik tersendiri bagi para penggiat dan praktisi konservasi orangutan yang sekaligus menjadi peserta OVAG kali ini.

Workshop OVAG diselenggarakan pada tanggal 23 sampai dengan 27 Juli 2017 dan berjalan dengan lancar dan menyenangkan. Pelaksanaan workshop dilaksanankan di Fakultas Kedokteran Hewan UGM dan Hotel Grand Mercure dan diikuti oleh para praktisi pelestarian orangutan dari Indonesia dan Malaysia serta beberapa negara Eropa.

OVAG tahun 2017 didukung sepenuhnya oleh OC, SOCP, FKH-UGM, Chester Zoo, California State University, Abaxis, Fulerton University, York University Toronto, Universitet Putra Malaysia, Oxford Brookes University, The Royal University College UK, Children Hospital Colorado, BOSF, IAR dan lain-lain.

Summer Course in Wildlife Animals dalam rangka Dies Fakultas Kedokteran Hewan UGM telah terlaksana mulai tanggal 13 sampai dengan 22 Juli 2017. Summer course di hadiri beberapa mahasiswa FKH yang ada di Indonesia dan para praktisi satwa liar dengan pembicara dari Amerika, Eropa, dan Asia termasuk Jepang, serta pembicara dari dalam negeri dan Universitas Gadjah Mada dan di laksanakan oleh satu tim pelaksana yang sangat solid dan handal yang diketuai oleh Dr. drh. Hery Wijayanto.

Summer Course 2017 berlangsung lancar dengan materi yang cukup padat ini disertai praktek lapangan dalam identifikasi burung dan reptile serta kunjungan ke beberapa Lembaga Konservasi Satwa Liar yang ada di sekitar Yogyakarta seperti Gembira Loka Zoo, Taman Wisata Borobudur, dan Wildlife Rescue Center, Kulon Progo.

Summer Course berjalan dengan baik atas dukungan dari Fakultas Kedokteran Hewan dan Fakultas Biologi UGM, WCU Universitas Gadjah Mada dan kerjasama yang baik dengan Nara sumber internasional yaitu dua narasumber dari University Putra Malaysia, satu narasumber dari Fullerton California State University, USA, satu narasumber dari Liverpool Vet School, Inggris, dua narasumber dari Hokkaido University, dan satu narasumber dari Tuft University, USA. Untuk narasumber dari dalam negeri akan dihadirkan dosen FKH sendiri, Fakultas Biologi, dan beberapa praktisi konservasi satwa liar seperti Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF), Yayasan International Animal RescueIndonesia (YIARI), Sumatran Orangutan Conservation Program (SOCP), dan lain-lain.

Summer Course dibuka dan ditutup oleh Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada Prof. Dr. drh. Siti Isrina Oktavia Salasia.